Jumat, 25 Mei 2012

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Penulis : Inayati


Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2012, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.
Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…”
Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.
Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.
Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.
Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.
Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.
Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.
”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.
”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.
Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.
Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.
Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.
”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.
Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.
Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.
Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.
”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.
Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?
Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?
Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.
Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.
Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.
Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Lewat kata yang tak sempat disampaikan
Awan kepada air yang menjadikannya tiada
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *

 KATA MAAF UNTUK MU


Tetes air mata mengiringi duka
Rasa penyasalan membelenggu pikiran.
kerinduan menjerit di hati memanggil nama mu.
MAAF KAN AKU……….
Yang tak pernah mengerti hadir mu.
Ku rindukan hadir mu oh Dinda.
Ku sungguh merindukan nya.
Sosok yang tegar bagaikan karang.
Petunjuk hidup bagaikan imam.
Sosok lembut yang bisa membuat ku tenang.
sekarang,, hanya do’a yang bisa Q panjatkan untuk mu.
Alunan dzikir untuk mu Q alunkan di sela kerinduan ku.
Walau pun kau berada jauh di alam sana, tp nama mu kn selalu ada d dalam ingatan ku.
Kenangan itu kn selalu membekas d jalan hidup ku.
Maaf kan aku dinda…
yang selalu bersikap bodoh saat kau ada di dunia……………
 KENANGAN


Di keheningan mlm ini , aku hanya berteman sepi ..
Merindukanmu adalah hal yg menyakitkan ,
Melupakanmu adalah hal yg tag bisa aku lakukan ,
Dan memilikimu adalah hal yg trindah dlm hidupku ..
Mlm ini ku ingin kau ada disini…
Bercanda tawa dgnku sperti yg prnh kita lakukan dulu ..
Tapi apalah dayaku ..
Ternyata aku hanya bermain dgn bayanganmu ..
Andaii waktu dpt ku putar kembali ..
kan ku pastikan kau disinii bersamaku..
Tetapi aku hanya bermimpi ,,
Utk berharap engkau kembali ..
Sekarang kan ku biarkan kau bhagia bersamanya..
Menjalani harimu dgn penuh kbahagiaan
brsma dya yg kau cinta..
Biarlah disini ku sendiri ..
Karna ku tau semua akan indah pada waktunya …

 SETIA DALAM SATU CINTA
                                                    BY_mega serlinasari

Aku merasakan kebahagiaan saat pertama kali kau datang di
hidupku,menjalin sebuah kisah  CINTA  yang indah saat bersamamu,kau
berikan semua apa yang selama ini aku cari di dunia ini.
Aku ingin kau selalu ada di sisiku,menemani aku yang selalu cinta pada
mu,aku tak ingin kau pergi dari hidupku,karena semua keindahaan yang
kini aku rasakan pun akan ikut pergi.
Aku akan berikan seluruh cintaku hanya ke pada kamu,akan aku berikan
cinta suci ini,ku akan selalu setia padamu,menjagamu agar kau tak
akan pergi dari hidupku.
 CINTA & SAYANG


Ma’afkan aku yang tak bisa memberimu cinta,
  karenaku takut berakhir dengan kecewa,
Dan izinkan aku tetap menyayangimu,
Karna ini lebih baik dari cintaku
Aku belum siap menerima cintamu,
Karna aku masih takut dengan masa laluku,
Dan biarkan ku simpan rinduku,
Hingga nanti cinta hadir di hatiku,
Jikalau nanti kau temukan cintamu,
Sambutlah ia dengan hatimu,
Aku selalu berdo’a untukmu,
Semoga kau dapatkan penggantiku,
Biarlah aku dengan sayangku..,
Yang menemani sepanjang hidupmu.
 RINDUMU BUKAN UNTUKKU LAGI


Meski…
Rindumu bukan milikku
Namu hatiku selalu menyimpan rindu.
Memujamu tidak lagi nyata.
Ingin kulupakan tapi tak bisa.
maafkan aku…
Bila tak sanggup lagi menemanimu.
Harus berdiri diatas janjimu.
Lelah lebih terpatri ingkar.
Hargailah pilihanku…
Meninggalkanmu bukanlah dosa.
Tapi semua hanya demi satu kata.
Yaituh BAHAGIA
Terimakasih atas segala cintamu.
Walau kini rindumu bukan milik ku lagi Senyummu bukan untukku.
Bersamamu aku pernah bahagia.
 AKU BUKAN MALAIKAT


Tegak tegar menatap langit,
teriakan keras memecah sepi,
bayangan indah dimasa lalu,
cerita cinta yang pernah tertulis,
semua hancur oleh coretan tinta hitam,
pikiran melayang saat kaki mulai lumpuh,
menapaki jalan terjal dan tandus,
rumput kering disamping kaki yang seolah pasrah pada kematian,
mengingatkan diri pada derita yang kini dialami,
air mata menetes ditanah tandus dibawah terik matahari,
sebagai bukti betapa lemah dan tiada berarti,
jiwa yang dulu tegar kini melemah,
hati yang dulu bahagia kini penuh dengan kesedihan,
saat derita terasa sangat menyiksa,
aku hanya bisa berdoa kepada sang kuasa, maafkanlah aku telah mengecewakan dia,
membuatnya menangis,
dan menggoreskan luka disisa hidupnya,
semoga dia bahagia dialam sana,
walau air mata bukanlah jawaban,
apalah dayaku aku tak bisa berbuat apa-apa,
aku hanyalah manusia yang penuh akan dosa,
diri ini hanya bisa berkata aku bukan malaikat.
malam ini kurasakan, sangat kesepian tanpa kehadiran dirimu disisiku! Aku sangat sedih Engkau pergi meninggalkan kenangan kita yang begitu indah, kenangan yang tak terlupakan! Kini aku hanya duduk sendiri, menatap indahnya cahaya bulan, Mendengar
 Indahnya cinta
                       BY_mega serlinasari


Dunia ini memang akan terasa  lebih indah
saat cinta membuat bahagia....
Bagaimana tidak manisnya cinta kata orang dunia ini milik kita sendiri......
Akan tetapi cinta itu akan selamanya bahagia,
warna-warna cinta akan selalu menyelimuti kehidupan kita.........
    Semuanya akan terus berjalan ..
cinta itu terkadang membuat kita bahagia tetapi terkadang cinta menyakitkan.....

Jumat, 04 Mei 2012

MENERAWANG BAYANG-BAYANG MALAM
Puisi Erick Hidayat

Di suatu siang…
(saat itu) yang tak terduga;
Ketika hati ini harus bergetar dan berdebar kembali
oleh segumpal hasrat— bergelora— seakan memaksa aku
harus bertemu
kamu…
disana— di taman itu.

Hingga kini, Kita tak pernah bisa tau…
Mengapa waktu bisa mempertemukan kau dan aku
Waktu itu…
Kulihat semua;
Matamu, bibirmu, juga rambutmu yang hitam panjang
yang semua itu memaksa hati ini untuk berkata,
Kau manis…

Namu kini,
Waktu hanyalah sekedar waktu…
Berjalan tak mampu dilarang,
seperti keinginanmu yang tiba- tiba kembali menjelang.
Membuatku menerawang…
bayang-bayang malang
ditengah dendangan bulan dan bintang.

Aku sudah tak mampu lagi bercerita
akan keadaan kita yang jauh berjarak mata ini
Tapi, itu bukanlah alasan semata bagi kita untuk berpisah…
Jika kita setia dan saling percaya?

Kau tahu? Aku selalu berusaha…
Untuk menjadi yang terbaik!
Aku ingin kau bahagia…
Untuk seperti yang kau pinta…
Agar bisa selalu dekat bersama—
berbagi cerita— berbagi cinta.
Namun, kau lihat!
Realita begitu tegas dan bijaksana
hingga aku terhempas dalam dilema

Namun semua berpulang kepada Dia
Yang Maha Kuasa…
Apalah aku ini..?
Namun, setidaknya masih segar ku ingat.
Kau yang berbaju putih
sempat bejalan bersamaku
hingga kau melambai
disaat pamit pulang.
dan senjapun mengenang.

RINDU AKAN DIRIMU
by:mega serlinasari

Dimalam nan sunyi ini ,
kududuk sendiri menatap kelangit
ditemani bintang nan rembulan
yang seakan ingin mencoba mengobati rinduku
dengan sinar-binar nan indah ..

Namun ,
rindu yang mendalam ini
tak dapat tergantikan oleh apapun juga
saat ini ,
hanya kata rindu, rindu, dan rindu
yang berdiam dihatiku dan berputar dipikiranku

Angin yang berhembus dan
pohon-pohon yang bergoyang
mengikuti irama kerinduan yang
menggelora dihatiku
membuatku semakin rindu
akan dirimu ..

Kuingin kau datang kesini
menemaniku ,
dan mengobati kerinduan hatiku
tanpa dirimu ..
CINTA DIANTARA KITA
Cerpen Rahma MM

Matahari telah keluar dari persinggahannya,sinarnya yang menembus kaca jendela kamarku mengintip bola mataku dan menyuruhku untuk segera bangun,,,
‘’Salva,,,cepet bangun,udah siang,nanti kamu terlambat sayang’’.teriak mama dari balik pintu kamarku,teriakan mama sampai juga di telingaku,ku lirik jam di dinding,jam 06.45,,,whattt,,,segera ku singkapkan selimutku dan lari ke kamar mandi,tapi langkahku terhenti ketika muncul suatu pemikiran di otakku,
‘’ini kan udah jam 06.45,mana mungkin aku sekolah,belum aku mandi,dandan,nyiapin buku,hufft,,,mana aku juga belum ngerjain pr lagi,lebih baik aku nggak usah sekolah aja,ngapain aja sih aku semalem,,,ya ampyun,kalau aku nggak sekolah aku nggak bisa lihat,,,’’. Aku segera lari terbirit-birit menuju kamar mandi,mandi bebek,asal muka keliatan basah aja,setelah semua siap segera aku berangkat sekolah di antar sopir pribadiku,beberapa menit kemudian aku sampai di sekolahan,aku harus masuk sebelum pak jaya nongol di kelas nih,aku lewat jalan pintas,akhirnya aku sampai lebih dulu di kelas,untung aja,,,
‘’dea,aku pinjem pr Matematika kamu donk,please,aku nggak sempet ngerjain tadi malem’’.kataku ngos-ngosan,dea memandangiku dengan aneh‘’de,,kok malah bengong sih’’.imbuhku,dea kemudian memberikan juga buku matematikanya,segera ku raih dan segera ku salin di bukuku,,,
‘’va,emangnya kamu tadi malem ngapain aja sih,masak pr aja sampek nggak ngerjain’’.tanyanya
‘’aku sibuk’’.jawabku singkat dan sibuk menyalin jawaban dea ke bukuku
‘’sibuk,sibuk ngapain kamu,bantu mama kamu beres-beres rumah,tapi,nggak mungkin deh kayanya,kamu kan paling males kalau di suruh kaya gituan’’.ujarnya mengira-ngira
‘’chatingan’’.kataku tetap dalam posisi semula
‘’sama Ajun???’’.
‘’bukan’’.jawabku
‘’kalo bukan ajun,terus siapa?’’.
‘’Rindra’’.
‘’ha?kok bisa?’’.dea penasaran
‘’bisa donk,’’aku berhenti menulis‘’bisa di bilang aku sekarang lagi deket sama rindra,aku seneng banget,emang itu yang aku harapin dari dulu,sekarang dia jomblo tau’’.kataku antusias bercerita
‘’ajun mau kamu kemanain,non’’.tanyanya
‘’dari dulu aku nge fans banget sama rindra de,tapi,dia nggak datang di waktu yang tepat ya,tapi,ajun,,,dia akhir-akhir ni berubah’’.kataku
‘’berubah gimana?’’.
‘’aku ngrasa aja kalo dia itu nyuekin aku gitu,dia nggak kaya dulu,kayanya aku mau putus sama dia’’.
‘’kamu mutusin dia karna dia nyuekin kamu apa karna rindra?’’tanya dea
‘’kok kamu nanyanya gitu sih de’’.kataku
‘’jelas,kamu kan udah lama pacaran sama ajun,dan sekarang ketika rindra masuk di kehidupan kamu,kamu bilang kalo ajun berubah,’’katanya nggak terima


‘’dea,,,aku tau kamu nggak suka sama rindra,aku ngerti ko,dan kamu juga tau kalo aku sayang banget sama rindra,dan aku nggak akan nglarang kamu untuk membencinya,tapi,kamu juga jangan nglarang aku buat mencintai dia’’.ujarku menepuk pundaknya,dari awal emang dea nggak suka sama rindra,karna rindra pernah mempermalukan dea,tapi dea tetap mau dengerin curhatan-curhatan aku tentang rindra,dia memang sahabat aku ynag paling pengertian,,, hubungan aku sama rindra makin hari makin dekat,dan ajun,,,dia jadi sulit di hubungi,entah apa yang membuatnya berubah,maka dari itu aku mutusin untuk berteman aja sama ajun dan ajun mau menerima itu,ini membuat aku semakin memberikan harapan ke rindra,moga aja dia nggak ngecewain aku,,,
‘’hey,,,’’.rindra menghampiriku saat aku duduk di taman belakang sekolah
‘’hey,,,hmmmmb,seneng banget kayaknya,ada apa’’.tanyaku
‘’iya aku lagi seneng banget’’,katanya duduk di sampingku
‘’kenapa?’’.tanyaku penasaran
‘’aku,,,,aku,,,aku udah jadian sama raras’’.katanya bahagia
‘’oh,,,’’.jawabku singkat,kecewa,tapi aku mencoba menutupi perasaanku dan menganggap tidak terjadi apa-apa
‘’iya,,,’’.jawabnya,perlahan mulai ku buka mulutku
‘’kamu,,,sayang banget ya sama raras’’.tanyaku
‘’iya dong,eh tapi kamu jangan bilang siapa-sipa ya,kamu orang pertama yang tau masalah ini’’.ujarnya
‘’kenapa aku’’.
‘’kan kita temen’’.katanya merangkul aku
‘’teman,,,’’.aku tersenyum kecut padanya‘’aku,,aku masuk dulu ya’’.kataku beranjak dari tempat duduk
‘’oh gitu,ok nggak papa kok’’.jawabnya,aku segera balik badan dan berlalu dari hadapannya,sesampainya di kelas ku sandarkan kepalaku ke kursi,,,raras,mengapa harus dia,bodoh bodoh mengapa aku berharap banget sama rindra,yang jelas-jelas Cuma nganggep aku sahabatnya,,,bodoh.
‘’va,,,ngapain kamu,’’dea duduk di sampingku
‘’rindra de’’.kataku lemas
‘’kenapa lagi tu cowok nyebelin,liat aja kalo sampek macem-macem sama kamu’’.katanya geram
‘’dia,,,dia jadian sama ,,,sama raras’’.
‘’apa?yang bener,,terus kamu’’.
‘’nggak tau de,padahal aku berharap banget sama dia,tapi ternyata dia Cuma nganggep aku sahabatnya,raras,,,kenapa harus raras,dia bukan cewek yang baik buat rindra,tapi biarlah,walaupun aku sakit,yang penting rindra seneng,aku akan tetap menunggunya de,dan buat raras aku sekarang emang kalah,tapi liat aja nanti kalo raras sampek ngecewain rindra’’.ujarku
‘’salva,,,yang sabar ya,aku akan selalu sama kamu kok,’’dea memelukku,detik tlah berganti menit,menit pun tlah berganti jam,dan jam beganti hari,hari demi hari ku jalani dengan mendengarkan cerita-cerita rindra tentang hubungannya dengan raras,aku sakit,tapi aku seneng karna aku bisa dekat dengannya meskipun hanya sebagai teman,,,ponselku berdering,call dari rindra,segera ku angkat,dia tetap ku nomor satukan di hatiku,,,,
‘’hallo,,’’.jawabku,tapi rindra tak menjawab‘’halloooo,,’’.kataku meneguk segelas air putih
‘’kamu sayang nggak sama aku’’.
‘’kamu salah sambung ya,aku salva bukan raras,gila kamu’’.
‘’aku tanya kamu sayang nggak sama aku’’.tanyanya dengan nada serius,akupun mulai menanggapinya
‘’hmmmm,,,aku nggak bisa jawab,kamu sendiri gimana’’,tanyaku meneguk air putih lagi
‘’aku sayang sama kamu’’.aku memuncratkan minuman yang mengisi mulutku,aku terdiam,apa yang terjadi,mengapa dia bertanya dan berkata seperti itu,
‘’raras???’’.tanyaku
‘’aku udah putus sama dia’’.jawabnya singkat
‘’kenapa???’’.tanyaku penuh tanda tanya
‘’dia nuduh aku selingkuh,pokoknya dia nuduh aku yang nggak-nggak,makanya aku mutusin buat ngakhirin hubungan aku sama dia’’,ujarnya
‘’nyesel????’’.tanyaku pula
‘’nggak,,,kan aku udah punya kamu’’,akunya
‘’aku????’’,aku tak percaya‘’kenapa aku?’’,
‘’karna hati kecilku berkata jika memang kamu yang pantas aku cintai’’,rindra berkata dengan serius
‘’hmmmmmm’’,
‘’iya,,,,aku mau ngomong samaa kamu’’.
‘’apa?ngomong aja’’.aku penasaran
‘’aku sayang sama kamu,,,hmmm,kamu mau nggak jadi cewek aku’’.katanya penuh pengharapan,
‘’mmmm,,,,kamu ngomong gini ke aku,setelah kamu baru ja putus sama raras,maksud kamu apa?kamu jadiin aku pelarian?aku nggak bisa dra,kamu nggak bisa giniin aku’’.aku langsung menutup telepon,,,kenapa aku gini,orang yang paling aku sayang udah nyatain cinta ke aku,tapi,,,tapi kenapa aku malah kaya gini,ku robohkan tubuhku ke ranjang,,,mencoba menutup mata dan mengosongkan pikiran agar aku cepat tidur dan menyongsong hari esok,,,

Hari ini aku akan bertemu dengan rindra,,,harusnya aku seneng,tapi,,,aku galau,benarkah dia bilang sayang ke aku benar-benar dari hatinya,atau Cuma jadiin aku pelariannya,,,,ku langkah kan kakiku dengan langkah gontai menuju koridor sekolah,kulihat anak-anak memandangiku dengan pandangan aneh,aku jadi salah tingkah,kenapa?
‘’va,,,kamu di tungguin rindra tuh di lapangan basket’’,teriak salah satu teman basket rindra yang membuyarkan semua rasa penasaranku,aku langsung menuju lapangan basket,ku dapati lapangan basket menjadi lautan bunga mawar berbentuk love yang mengelilingi rindra yang berada di tengah lapangan,ku hampiri dia,,,
‘’salva,percaya sama aku,aku bener-bener serius ngomong ini ke kamu,aku nggak ada maksud buat jadiin kamu pelarian’’,katanya memegang tanganku,aku hanya membisu,ingin sekali rasanya aku menjawab iya,tapi aku ragu akan keseriusan cintanya ke aku.
‘’va,,,kalau kamu trima bunga dari aku ini,berarti kamu nrima cintaku,tapi kalau kamu nolak aku,,,injek-injek aja semua bunga disini’’,katanya dengan tatapan tajam,akhirnya,,,aku menerimanya,jika memang dia nggak serius sama aku,terserah,yang penting aku serius dan sayang sama dia,,,hari-hari ku jalani dengan senyuman yang selalu merekah di bibirku,benar,dia memang serius sama aku,kini telah satu tahun aku menjalani hubungan dengannya,dan akhir-akhir ni aku ngarasain sesuatu yang aneh darinya,dia banyak ngabisin waktunya buat latihan ataupun main basket dengan teman-temannya,dan,,aku sudah merasa jika dia akan bilang kata-kata yang paling aku benci ketika aku dinner dengannya,,,
‘’va,,,,’’,dia memegang tanganku
‘’iya’’,aku berhenti makan
‘’mulai sekarang kita temenan aja ya’’,katanya lemas,aku tak menjawab apa-apa,aku membisu,
‘’maafin aku,tapi kita tetap bisa temenan kok’’,ujarnya
‘’hmmm,,,aku udah duga kalau kamu bakal bilang ini ke aku dra,aku tak apa jika kita memang harus temenan,’’akuku mencoba tegar,nyatanya????
‘’makasih ya,,,kamu udah mau ngertiin aku’’,katanya
‘’iya,,,hmmm,aku pulang dulu ya’’.kataku melepaskan tangannya dan meninggalkan rindra di restostoran,,,aku bingung,dia orang yang paling aku sayang di antara mantan-mantan aku,,tapi,,kenapa tak ada air mata ataupun penyesalan yang singgah di diriku,,,biarlah,aku rela,,,karna aku pikir dia memang nggak aku miliki sekarang,tapi nanti,semoga,,,semenjak putus dengan rindra aku jadi semakin jauh dengannya,dan ada salah satu temannya yang mencoba mendekatiku,,aku pun menerimanya,,tapi hanya sebagai teman,dan ketika dia nyatain cinta ke aku,,aku bingung mau jawab apa,dia sahabat baik rindra,mana mungkin aku menerimanya,nggak mungkin,itu alasan ke dua,dan alasan pertamanya,karna masih ada rasa yang tertinggal di hati ini,,,hingga suatu saat dia menghampiriku ketika aku tengah asyik membaca buku di taman belakang sekolah,,,
‘’va,,,lagi sibuk ya’’,rindra duduk di sampingku
‘’nggak,,,tumben???’’aku tetap meneruskan membaca.
‘’kamu ceweknya rival ya??’’,rindra bertanya dengan penuh harapan akan jawabanku
‘’nggak’’,jawabku singkat mengarahkan pandangan ke mukanya
‘’ohhh,,,aku kira kamu pacarnya’’,ujarnya
‘’nggak mungkin aku jadi pacarnya’’,kataku beranjak dari tempat duduk dan membelakanginya
‘’kenapa?’’,
‘’nggak mungkin aku menerimanya jika hati aku aja masih buat orang lain’’,
‘’siapa?’’.tanyanya
‘’penting???’’,
‘’aku Cuma tanya kok’’,
‘’yang pasti aku sayang banget sama dia’’,akuku tetap membelakanginya
‘’kenapa kamu nggak sama rival aja’’,
‘’rival kan sahabatmu’’,aku membalikkan badan
‘’aku tak apa jika kamu harus pacaran dengannya,yang penting kamu dan sahabatku bahagia’’,ujarnya memegang bahuku
‘’kamu???’’,
‘’aku udah punya sendiri kok,aku pergi dulu ya’’,dia meninggalkan aku
‘’rindra’’,panggilku membalikkan badan
‘’iya’’,rindra menghentikan langkahnya
‘’good luck ya sama pacar baru kamu’’,kataku,dia hanya menganggukkan kepala dan berlalu dari hadapanku,,ku sandarkan tubuhku yang rapuh ke kursi di taman,tak terasa air mata telah sampai juga persinggahannya di pipiku,aku baru menyadari jika rindra masih tetap dan akan selalu di hatiku,tapi dia,,,tak sedikit pun ada tempat buat aku di hatinya,padahal aku mencoba menjauhi semua cowok yang mendekatiku hanya demi dia,tapi dia malah menyuruh aku berpacaran denagan rival,dan dia bilang dia udah punya yang lain,mulai sekarang aku mencoba melupakan semua tentangnya dari pikiranku,hanya satu yang tertinggal, kekecewaan,,, 1 bulan kemudian,,,
‘’dra’’,rival memanggil rindra yang tengah bermain basket di lapangan
‘’ngapain kamu kesini’’,jawab rindra jutek
‘’kok kamu jawabnya gitu banget sih’’.
‘’langsung aja,kenapa?’’,rindra mendribel bola dan memasukkan bola ke ring basket
‘’salva,dia cewek paling cantik yang pernah aku tau’’,
‘’hmmmmm’’,rindra tetap dalam posisi semula
‘’udah kulitnya mulus,tajir,pinter,bodinya,,fiuh nggak ada tandingannya,rugi banget kalau di sia-siain’’,rival berkata nakal,mendengar itu rindra melemparkan bola ke rival,rival menangkapnya dengan sigap
‘’maksud kamu ngomong gitu apa?’’,rindra tak terima
‘’aku Cuma bilang kalau cewek secantik salva,rugi banget kalau tubuhnya nggak di nikmati’’,ujar rival,rindra memukul rival berulang-rulang hingga rival tersungkur tak berdaya
‘’kamu nggak bisa gini terus ndra’’,rival memegang pipinya yang memar,rindra menghentikan pukulannya ke rival
‘’kamu nggak bisa bohong kalau kamu itu masih sayang banget sama salva, kamu pengecut’’,rindra duduk lemah di samping rival
‘’aku sayang banget sama salva,’’aku rindra
‘’bilang ke salva dan bilang kalau kamu masih sayang ke salva’’,
‘’tapi kamu,,,bukannya kamu sayang sama salva’’,
‘’kamu nggak perlu ngorbanin cinta kamu hanya untuk aku,emang sih aku sayang banget sama salva tapi aku nggak mau jadi penghalang di antara kalian,datangi salva dan bilang kamu masih sayang sama salva,’’rival menepuk pundak rindra dan meninggalkannya,rindra menimbang-nimbang kata-kata rival tadi.
‘’ya,,aku harus ngejar cinta ku, harus’’,rindra semangat,malamnya rindra merencanakan sesuatu dengan rival,rindra menyuruh salva untuk datang ke taman yang dulu biasa di datangi salva dan rindra saat mereka masih pacaran dan salva mau datang,,,
‘’rival mana sih,,,’’salva duduk du kursi taman
‘’va,,,’’,salva langsung membalikkan badan
‘’mmmma,,,mmaafin aku’’,rindra menghampiri salva
‘’maaf,,maaf buat apa?’’,salva pura-pura tak mengerti
‘’aku,,,aku’’,rindra salah tingkah
‘’iya nggak papa kok,aku ngerti,nggak ada kata maaf ataupun trimakasih diantara sahabat,iyakan’’,salva duduk
‘’sahabat?’’,rindra tertegun
‘’iya sahabat,,,ada yang salah???’’,
‘’hmmm,,,,lebih??’’,rindra memulai pembicaraan yang serius‘’jujur,,,aku bohong banget jika aku bilang ke kamu kalau aku udah nggak sayang lagi sama kamu,,,aku memang bodoh,aku memang plin plan,aku pikir dengan aku bisa jauh dari kamu aku akan bisa nglupain kamu,tapi ternyata nggak,justru itu semakin sulit buat aku nglupain kamu,aku sayang sama kamu,tapi aku mutusin buat kita temenan aja karna aku nggak mau nyakitin kamu karna aku terlalu sibuk dengan tim basket aku,,aku..aku’’,
‘’usst,,,,rindra kamu nggak perlu nerusin kata-kata kamu,aku ngerti kok’’,salva menaruh jari telunjuknya di bibir rindra‘’tindakan kamu tadi udah benar kok,aku nggak marah ataupun benci denganmu,,hanya saja aku kecewa sama kamu,ketika kamu bilang jika sudah ada perempuan lain di sisimu,dan kau menyuruhku berpacaran rival’’,aku salva
‘’maafin aku va,,,’’,rindra menunduk
‘’cintaku adalah persahabatanku,dan aku tak akan mengenalmu jika aku tak menjadi sahabatmu dulu,,,tak ada kata,,,’’,kataku terputus
‘’maaf dan trimakasih dalam persahabatan ,dan tak akan lagi ada kata putus di antara kita’’,sela rindra
‘’hmmmmm’’,aku menghela nafas
‘’jadi kita???’’,rindra meminta kepastian
‘’iya,,,’’,
‘’balikan?’’,tanya rindra,aku menganggukkan kepalaku,,,rindra memelukku dengan erat,,,
‘’ehem,,ehem’’,suara seseorang yang sedang berdehem‘’selamat ya romeo dan juliet’’,rival menghampiri kami
‘’rival kamu?’’,aku tak percaya
‘’iya va,dia dalang dari ini semua’’,aku rindra
‘’rival’’,
‘’iya,,selamat ya kalian,oiya,,sekalian aku kesini buat pamitan ke kalian,besok aku akan ke amerika,dan awas aja kalau kalian sampek putus,aku nggak mau lagi nyatuin kalian’’,kata rival
‘’iih,,,rival,,,’’,kataku
‘’kok kamu nggak pernah bilang kalau mau ke amerika?’’,tanya rindra
‘’udahlah nggak penting,yang penting aku bahagia banget udah bisa nyatuin dua orang yang paling keras kepala seperti kalian ini,yaudah aku pergi dulu ya’’,
‘’rival’’,
‘’makasih ya’’,kataku
‘’nggak ada kata makasih dan maaf dalam persahabatan’’,rival mengacungkan ke dua jempolnya dan berlalu dari hadapanku,,, rindra merangkulku,,,hmmmm,ini akhir yang ku inginkan,bisa berada di sisi rindra,orang yang paling aku sayang,
‘’pulang yuk’’,ajak rindra
‘’yuk’’,aku memeluknya dengan manja
balutan angin malam serasa menusuk kalbu,hingga membuatku enggan melepaskan pelukan rindra dariku,gemerlap bintang dan bulan bagaikan ikut merasakan kebahagiaan yang tengah aku rasakan,cinta memang tak semuanya dapat kita miliki,tapi ada kalanya jika kita memang harus mengejar dan berkorban demi cinta,,,
THE END,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/05/cerpen-cinta-cinta-di
HARDIKNAS
Cerpen Putu Wijaya

Ali mendapat inspirasi dari Elvira supir trans Jakarta Blok M-Kota yang memakai pakaian daerah Palembang pada hari Kartini. Semingggu sebelum dan sesudah Hari Pendidikan nasional (2 Mei), ia ke sekolah memakai pakaian daerah.
Beberapa hari pertama, ia sempat menarik perhatian. Para murid tercengang. Tapi tidak ada yang berani bertanya. Semuanya hanya senyum-senyum menganggap guru itu mau sok nyentrik. Guru-guru lain hanya pandang-pandangan. Mereka pikir Ali sedang berusaha untuk menarik perhatian. Ada kabar burung ia jatuh cinta pada Bu Ani, guru baru yang selalu mengajar dengan memakai baju kurung.

Tetapi ketika Ali masih terus memakai pakaian daerah selama seminggu, Kepala Sekolah, kontan memanggil.
“Pak Ali, apa sebenarnya missi Pak Ali, mengajar dengan memakai pakaian daerah?”

Ali terkejut. Ia sendiri ketika pertama kali memakai pakaian daerah merasa kikuk. Tetapi setelah satu minggu, ia lupa itu pakaian daerah. Ia menganggapnya sebagai pakaian biasa. Baru ketika Kepala Sekolah menegur, ia sadar kembali ia sudah memakai pakaian daerah.
“Maaf Pak, saya tidak ada missi apa-apa. Saya hanya mencoba menyambut Hari Pendidikan Nasional, untuk mengingatkan anak-anak betapa pentingnya pendidikan. Sebab kebanyakan mereka nampaknya sekolah karena terpaksa, dipaksa oleh orang tuanya.”
“Tapi kan hari Pendidikan sudah lewat?”
“Betul, Pak.”
“Berapa lama Pak Ali mau pakai pakaian daerah begini?”
“Ya kalau diperkenankan, untuk seterusnya, Pak.”

Kepala Sekolah terkejut.
“Tapi kita kan sudah punya seragam sekolah. Pak Ali tidak suka seragam kita? Ini protes?”
“Sama sekali tidak, Pak..”
“Kalau begitu, saya minta supaya Pak Ali kembali mengenakan seragam sekolah saja kalau sedang mengajar. Di luar sekolah terserah Pak Ali.”

Ali tidak menjawab. Sebenarnya kalau tidak disuruh berhenti, ia memang sudah merencanakan untuk kembali mengajar dengan pakaian seragam guru. Tapi karena dilarang, tiba-tiba ia ingin melawan.
“Maaf Pak, “kata Ali kemudian dengan sopan, “apa memakai pakai daerah kalau sedang mengajar itu membuat ilmu yang kita ajarkan kepada murid-murid jadi cacad?”

Kepala sekolah ketawa.
“Tentu saja tidak.”
“Kalau begitu apa salahnya guru memakai pakaian daerah ke sekolah, Pak?”
“Tidak ada.”
“Tapi kenapa saya dilarang?”
“Karena sekolah kita sudah punya seragam untuk guru yang sedang mengajar. Kalau di luar jam pelajaran, Pak Ali memakai pakaian apa juga terserah. Kesepakatan sebaiknya tidak dilanggar, Pak Ali, nanti jadi preseden yang buruk Kita guru harus menjadi teladan murid-murid, Pak Ali.”

Ali terdiam. Kepala Sekolah merasa Ali sudah setuju. Tapi esoknya, Ali tetap saja mengajar dengan memakai pakaian daerag. Tentu saja ia kembali dipanggil.
“Pak Ali kelihatannya belum mengerti maksud saya, silakan memakai seragam guru kalau sedang mengajar.” Kata Kepala Sekolah dengan nada mulai keras.
“Saya sudah mencoba, Pak. Tapi badan saya tidak mau berangkat kalau pakai seragam. Jadi saya terpaksa memakai pakaian daerah kembali.”

Kepala Sekolah hampir saja tersenyum karena jawaban itu lugu dan lucu. Tapi guru-guru lain yang mendengar percakapan itu sudah terlebih dahulu ketawa. Kepala Sekolah, lalu menaikkan suaranya.
“Kalau Pak Ali tidak mau mematuhi aturan sekolah, lebih baik jangan mengajar!”
“Kenapa Pak?”
“Sebab desiplin adalah salah satu yang lemah dalam pendidikan kita. Kita pintar membuat aturan, tetapi tidak mampu melaksanakannya, sehingga semua aturan itu mubazir. Kita baru saja memperingat Hari Pendidikan. Memegang desiplin adalah salah satu dari usaha yang konkrit kalau mau memperingati Hari Pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pak Ali mengerti maksud saya?”
“Saya mengerti. Bapak melarang saya mengajar memakai pakaian adat.”
“Bukan.!”

Ali tercengang.
“Saya melarang semua guru di sini untuk melanggar kesepakatan yang sudah kita sepakati bersama. Guru kalau mengajar harus memakai pakaian seragam guru sebagaimana juga murid kalau masuk harus memakai pakaian seragam murid. Kita tidak hanya mendidik murid menjadi pintar, tetapi kita juga mendidik jiwa murid untuk dewasa dengan memegang tegun desiplin. Dan itu caranya dengan memberikan contoh. Saya tidak memperkenankan guru memberi contoh buruk, melanggar desiplin! Paham?”
Ali terkejut karena suara Kepala Sekolah lantang, sehingga guru-guru yang lain mendengar. Meskipun tidak menjawab, esoknya, Ali tetap saja ke sekolah memakai pakaian daerah.

Ketika Ali hendak masuk gerbang sekolah, satpam langsung menahan.
“Maaf Pak Ali, kami tidak mengizinkan Bapak mengajar tanpa memakai pakaian seragam sekolah.”
“Tapi ini pakaian daerah, ini lebih tinggi dari pakaian seragam sekolah.”
“Maaf, Pak. Saya hanya menjalankan perintah.”
“Dalam militer yang pangkatnya lebih tinggi, dihormati oleh yang pangkatnya di bawah.”
“Tapi ini sekolah, Pak!”
“Sama saja. Kalau mau belajar desiplin, militer adalah biangnya. Jadi kalau mau menegakkan desiplin harus menghormati yang pangkatnya lebih tinggi! Buka pintunya!”

Satpam itu bingung. Tapi ketika Ali mau masuk, satpam cepat menghalangi.
“Aku guru, aku mau mengajar!”
“Saya hanya menjalankan tugas, Pak!”

Terjadi ketegangan. Tiba-tiba entah siapa mulai terjadi perkelahian. Murid-murid keluar dari ruangan dan kemudian rama-ramai melerai. Kedua belah pihak ditenangkan. Setelah semuanya reda, lalu Bu Ani maju dan berbicara kepada semuanya.
“Anak-anakku semua para pelajar, itulah tadi contoh ketidakseimbangan pendidikan kita. Sekolah seyogyanya menumbuhkan kecerdasan dan sekalian kebijakan, sehingga kita tidak perlu berantem karena hal-hal yang tidak perlu. Keplok tangan buat Pak Ali, Bapak Kepala Sekolah dan Satpam yang sudah memerankan peranannya dengan bagus!”
Semua murid berikut para guru berkeplok riuh.

DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/02/hardiknas-cerpen-putu-wijaya.html#ixzz1tuASfWcE
AKHIR CERITA CINTAKU
Cerpen Annisa Ananda

"Vika, ada Radit di luar?" sahabatku  muncul dari balik pintu kamarku.
"Suruh dia pergi! Bilang aku tidak ada di rumah," jawabku tanpa melihatnya.

Aku hanya bisa menyendiri di kamar, tanpa ada siapapun melihatku. Ibu dan Ayahku bercerai. Mereka berpisah saat aku berumur lima tahun. Aku di titipkan oleh Budeku. Seiring waktu berjalan, Bude meninggal dunia. Sampai sekarang aku tak tau siapa Ayah dan Ibuku sebenarnya. Yang ku tahu di dunia ini aku hanya sebatang kara dan aku hidup di dampingi sahabatku, Alya.

Penderitaanku lengkap sudah. Satu tahun lalu kecelakaan maut menimpaku. Waktu itu aku sedang mengendarai mobil, tanpa sadar di depan mobilku, sebuah truk besar lewat dengan kecepatan tinggi dan sampai akhirnya truk itu pun menabrak mobilku. Aku tidak sadarkan diri selama lima bulan lamanya. Radit terus berada di sampingku saat aku tergeletak tak berdaya di tempat tidur. Cintaku pada Radit tak semulus perkiraanku. Ibunya melarangku dekat dengan anaknya karena statusku tidak jelas. Ya, aku terima itu. Aku tersadar kalau status sosialku sangat tidak jelas. Alya mengurusku selama dua tahun lamanya semenjak Bude meninggal dunia. Aku sangat berterima kasih padanya. Namun aku merasa sangat merepotkannya karena sekarang kondisiku mungkin sangat merugikan dirinya.

Dirumah sakit yang menemaniku hanya Radit dan Alya, tidak ada yang lain. Terbangun dari tidur yang panjang, aku depresi. Aku tersadar kalau aku buta dan lumpuh. Aku tidak terima dengan semua yang menimpaku. Penderitaankupun semakin lengkap, aku putus dengan Radit. Kalau hubungan kami terus berlanjut, Ibunya akan melakukan sesuatu padaku meski kondisiku buruk seperti ini.

Hampir setiap hari Radit datang kerumah Alya untuk melihat kondisiku, namun aku selalu tidak ingin bertemu dengannya. Bukan benci padanya, tapi aku hanya menjaga jarak darinya. Aku menyayanginya, mencintainya setulus hati. Aku tersadar, aku tak pantas untuknya. Mungkin kami tidak untuk bersama selamanya.
"Vika, dia ingin bertemu denganmu! Aku sudah melarangnya masuk,"
"Pergi!! Jangan ganggu aku! Pergi kalian,"

Aku berteriak kuat. Menghancurkan barang yang ada di meja. Gelas jatuh dan pot bunga terjatuh. Lantai kamarku berserakan dengan serpihan kaca. Aku mengamuk dan tak perduli siapa yang ada di sebelahku. Terdengar suara pintu terbuka, Radit tiba-tiba masuk kedalam kamar. Dia berusaha menenangkanku. Aku tidak bisa tenang, aku tersiksa. "Pergi, jangan ganggu aku! Pergiii!!!"
"Vika, tenang!! Ini aku Radit."
"Pergi, jangan ganggu aku!!"
"Vika tenang! Jangan hipnotis diri kamu kalau kamu nggak bakal sembuh. Tenang Vika, nggak ada yang ganggu kamu disini. Disini hanya ada aku dan Alya, nggak ada yang lain!!?" Radit meremas lenganku. Air mataku menetes, membasahi pipiku. Dia memelukku, rasanya tenang. "Tenanglah Vika, aku selalu ada di sampingmu," ucap Radit sembari menghusap air mataku yang membasahi pipiku. Sisi lain diriku sangat tersiksa. Orang tua membuangku begitu saja, mengalami kecelakaan dan membuat aku lumpuh. Tapi sisi lainnya, dua orang yang sangat menyayangiku. Radit dan Alya, mereka adalah orang yang paling berkorban dalam hidupku. Terima Kasih.
***

Satu bulan berlalu. Aku merasa nyaman dengan keberadaan Radit di sampingku. Dia selalu menjagaku dan membawaku keluar dari kamar. Awalnya aku takut keluar dari kamar, rasa trauma yang besar tak bisa ku bendung. Namun karena dukungan yang begitu besar darinya, aku memberanikan diri untuk keluar dari kamar. Dan aku terbiasa keluar dari kamar.

Kondisiku semakin membaik. Tapi lagi-lagi musibah menimpaku. Dokter menyampaikan padaku kalau aku terkena Kanker otak. Itu membuatku semakin sangat depresi. Tapi sebisa mungkin hal ini aku sembunyikan dari Radit, aku tak mau dia sedih karena aku. Hanya Alya yang tau aku terkena penyakit ganas ini. "Vika, kamu harus sering-sering keluar, agar kamu terkena udara segar!" ucap Alya sembari mendorong kursi rodaku. "Al, kalau aku pergi nanti, kamu nggak menyesalkan telah mengeluarkan banyak uang untukku?" Alya menggenggam tanganku, dan sepertinya dia duduk di depanku.
"Seumur hidup, aku nggak akan menyesal karena telah merawatmu dan menghabiskan uang banyak. Semua fasilitas ini kalau aku tidak memberikannya pada sahabatku yang lebih membutuhkannya, untuk apa aku memiliki semua fasilitas ini?"
"Kalau aku pergi nanti, jaga Radit baik-baik ya Alya?"
"Vika?" dia menggenggam erat tanganku.
"Aku sangat berterima kasih padamu karena kau telah merawatku selama ini. Sampaikan pada Radit, kalau aku sangat mencintainya, Alya."
"Vika, stop! Aku dan Radit akan membawamu keluar negri minggu ini, kami akan berusaha untuk membuatmu pulih kembali," ucapnya dengan nada serak. Mungkin dia menangis. "Jangan menangis Alya. Biarlah aku dengan penyakitku ini. Aku tidak ingin lebih banyak lagi menyusahkan kalian." Alya memelukku dan menangis di pelukanku. "Jangan menangis, Alya. Allah akan membalas semua kebaikanmu dan Radit. Aku sangat berterima kasih pada kalian," Alya semakin erat memelukku. Dia menangis terisak.
"Vika!!!" teriakan keras terdengar dari taman. "Oh, kamu yang bernama Vika?" dia menyebutkan namaku. Aku tidak tau siapa wanita ini, tapi yang jelas dia marah-marah padaku. "Iya. Anda siapa ya?"
"Aku ibunya Radit. Kamu dukunin anakku ya? Mana mau anakku pada wanita lumpuh seperti kamu? Statusmu tidak jelas, duduk di kursi roda dan buta. Kamu pasti peletin anakku, iya kan?"
"Stop! Anda datang-datang marah dan mencaci Vika. Maksud anda apa? Saya bisa melaporkan anda ke polisi sebagai tuduhan telah melecehkan orang yang tidak anda kenal." Alya marah pada wanita ini. Air mataku menetes, tubuhku gemetar. "Silahkan. Saya juga akan melamporkan kalian karena kalian sudah mencuci otak anak saya. Dengar ya kamu wanita buta, kamu tidak pantas dengan anakku. Anakku ganteng, berpendidikan tinggi. Status anakku sangat jelas, sedangkan kamu berbanding terbalik dengannya."
"Diam! Sekarang juga anda pergi dari rumah saya,"
"Ingat itu! Jangan kamu dekati anakku," ucapnya.
       
Dia pergi dengan kata-katanya yang membuatku tidak enak. Alya menenangkanku yang gemetar sejak dia menghinaku habis-habisan. "Tenang Vika. Kita balik ke kamar ya," ajaknya. "Tidak. Tinggalkan aku sendiri di sini Alya, aku ingin sendiri," pintaku padanya. "Tapi Vika?" telpon berdering kuat di dapur. "Sebentar Vika, kamu jangan kemana-mana ya?" aku mengangguk.

Alya pergi meninggalkanku di depan pintu. Mungkin sekarang aku butuh udara yang lebih segar lagi. Kuberanikan diri untuk pergi keluar rumah. Mendorong kursi roda sendiri. Sampai akhirnya aku berada di taman, sepertinya. Ya, aku bertanya pada orang di sekitar, dan benar ini taman yang ingin ku kunjungi. Aku meminta tolong pada orang sekitar untuk mengantarku ke pinggir danau dan membantuku duduk di kursi panjang. Ia bersedia membantu dan aku banyak-banyak berterima kasih padanya.

Duduk di pinggir danau dan menghirup udara segar. Maaf Alya, mungkin sekarang kamu panik karena aku tidak ada di rumah. Berada di tempat ini, semua masalah bisa hilang seketika. Andai saja aku tidak buta, pasti sekarang aku bisa melihat keindahan di taman ini. Dan andai saja aku tidak lumpuh, aku bisa bermain air bersama Alya. Tapi semua itu hanya mimpi dan tak bisa lagi terwujud. Hanya mimpi!!
"Vika!!" jeritan terdengar, Suara itu sangat tidak asing di telingaku. Bagaimana Radit tau aku disini?
"Vika, kamu kok di sini? Kondisi kamu belum membaik Vika?" dia duduk di sebelahku. Aku tersenyum lebar. "Tidak apa! Aku lebih senang disini daripada di rumah?" jawabku. Radit menggenggam tanganku.
"Radit, kalau aku tidak sembuh, apa kamu masih ingin berada di sampingku?"
"Aku akan selalu berada di sampingmu. Aku nggak akan tinggalin kamu, Vika. Aku sayang kamu,"
"Kalau aku pergi nanti dan takkan kembali, apa kau mencari penggantiku yang statusnya lebih jelas?"
"Kamu ngomong apa? Kamu nggak akan pergi kemana-mana. Aku tidak akan mencari orang lain. Status kamu jelas, sangat jelas." jawabnya. Aku terdiam sesaat dan masih tersenyum. "Radit, terima kasih ya, selama ini kamu sudah menjagaku." ujarku.
"Ya. Sama-sama Vika. Tapi aku masih belum puas kalau kamu belum sembuh. Minggu ini aku dan Alya akan membawamu ke luar negri untuk berobat."
"Tidak perlu. Aku bahagia dengan kondisiku seperti ini. Bolehkah aku bersandar, Radit?"
"Boleh!!"
"Radit, terima kasih ya, kamu sudah banyak menolongku. Allah pasti membalas kebaikanmu dan Alya." ucapku sembari menutup mata. Kepalaku sangat berat, tanganku lemas. Tapi Radit masih terus menggenggamku dengan erat sembari merangkul lenganku. "Sama-sama. Aku janji, kamu pasti sembuh."

Kepalaku semakin berat dan rasanya aku melayang. Aku berada di tempat yang sangat terang, aku terus berjalan sampai aku berdiri di depan Radit dan...
"Vika? Vika?" Radit menoleh melihatku. Dia kaget melihat tubuhku yang wajahku bercucuran dengan darah yang keluar dari hidung. Dia menepuk pipiku dan berusaha menyadarkanku. Air mata Radit menetes. Ternyata aku sudah berada di alam lain. Radit memelukku dan menangis. Maaf Radit, aku harap kamu tidak sedih dengan kepergianku.

Radit jika aku harus memilih untuk bernafas dan mencintaimu, maka akan ku gunakan nafas terakhirku untuk mengatakan "Aku Mencintaimu"

Baca juga Cerpen Persahabatan - Cerpen Cinta dan Cerpen Sedih yang lainnya.
LAUT SAMA DENGAN ISTIRAHAT
 
 
Pak Ujang adalah salah satu warga kota Bandung yang kini tinggal di kota Surabaya. Selama delapan tahun ini dia tinggal di Surabaya bersama sang istri tercinta yang kebetulan asli orang Surabaya.

Seperti pada hari-hari sebelumnya, dia melewati aktifitas hariannya dengan bekerja di salah satu perusahaan swasta yang terletak di Surabaya Timur. Sampai suatu sore dia mengalami kejadian yang menggelikan karena selama delapan tahun tinggal di Surabaya dia baru tahu kalau laut (bahasa jawa), dalam bahasa Indonesia berarti istirahat.

Jam dinding telah menunjuk pukul 4 sore, waktunya Pak Ujang beserta karyawan yang lain untuk pulang dari tempatnya bekerja. Sesampainya didepan pintu gerbang perusahaan, ia dihampiri seorang pemuda yang mencoba bertanya kepadanya. “Permisi Pak, nderek tangglet, satpame sampun laut to pak?, tanya pemuda tadi yang diketahui bernama Jono. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Permisi Pak, mau tanya, apakah satpamnya sudah beristirahat?”).

“Sanes Mas, satpame sakeng angkatan darat”, jawab Pak Ujang. (Artinya “Bukan Mas, satpamnya berasal dari angkatan darat”, karena mengira kalau arti dari pertanyaan Si Jono adalah “Permisi Pak, mau tanya, apakah satpamnya dari angkatan laut?”).

Mendengar jawaban tersebut, Jono menjadi bingung. Dalam benaknya Jono berfikir mungkin suaranya kurang lantang sehingga Bapak tersebut kurang mendengar pertanyaannya. Kemudian dia kembali bertanya “Satpame wes laut to Pak?”. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Apakah satpamnya sudah beristirahat?”).

Pak Ujang kembali menjawab, “Sanes Mas, Satpame ndugi angkatan darat”. (Yang artinya “Bukan Mas, Satpamnya dari angkatan darat”).

Mendengar jawaban itu Jono merasa sedikit kesal, kemudian dia memutuskan kembali bertanya dengan memakai Bahasa Indonesia. “Paak...!, apakah satpam di sini sedang beristirahat?”, tanya si Jono.

“Ya..., bener Mas. Satpam disini sedang beristirahat. Memangnya Mas ada perlu apa?”, jawab Pak Ujang yang kembali bertanya kepada Jono.

“Paman saya, namanya Pak Arif adalah salah satu satpam di perusahaan ini. Saya ingin menemuinya karena ada keperluan keluarga yang sangat penting yang ingin saya sampaikan kepadanya”, jawab Jono.

“Anda langsung aja ke bagian informasi yang terletak di gedung A lantai satu”, tutur Pak Ujang sambil menunjuk salah satu gedung yang berwarna biru.

“Terima kasih atas bantuannya Pak”, lanjut si Jono sambil melangkahkan kaki ke gedung A. Pak Ujang pun kembali menghidupkan motornya dan lansung tancap gas menuju rumah.

Sesampainya di rumah, Pak Ujang langsung menceritakan peristiwa tadi kepada istrinya. Spontan saja istrinya tertawa mendengar cerita dari sang suami. Lalu si istri bilang sama sang suami “Mas iku yo’opo seh..., lek dek bahasa Indonesia, laut iku...., artine istirahat”. (Dalam bahasa Indonesia berarti “Mas itu gimana sih..., kalau di Bahasa Indonesia, laut itu artinya istirahat”).

Spontan aja Pak Ujang tersenyum menahan malu mendengar penjelasan dari sang istri. Dalam hatinya dia berkata “Saya ini sudah delapan tahun di Surabaya, kok saya baru tahu kalau laut itu berarti istirahat”.
PERTANDA CINTA
by:mega serlinasari

Terhenti seketika langkahku
Terpaku menatap indah bola matamu
Terdiam membisu
Keindahan merasuki kalbu

Paras tampanmu menusuk hati
Berkeliaran pada pikir ini
Detak jantung enggan berhenti
Semua tiba-tiba terjadi

Entah apa yang sedang ku rasa
Apakah ini pertanda cinta
Cinta pada pandangan pertama
Sungguh menggetarkan dada

Semakin lama semakin dalam rasa ini
Tak ada lagi basa-basi
Dan tak kan ada keraguan lagi
Akankah ini menjadi cinta yang abadi.................????????
PAHLAWANKU
Puisi Nindita Kusumawati

Oh Pahlawanku
Kau sangat berjasa dan setia pada negeri ini
Kau telah pertaruhkan jiwa ragamu
Demi Indonesia ini
Sampai titik darah penghabisanmu
Lihatlah oh Pahlawanku
Perjuanganmu tak ternilai harganya
Tak peduli darahmu terus mengalir
Karena kau tak tega
Melihat beribu pasang mata
Yang tersiksa dan menderita

Semangatmu tak mengenal putus asa
Tak hanya setinggi tiang
Bendera merah putih saja
Merahnya menggambarkan semangat
Yang terus membara
Putihnya menunjukkan hati
Yang bersih nan suci
Bagaikan sutra putih yang lembut dan wangi

Tapi sekarang kau telah gugur
Dalam medan perang
Namun semangatmu tuk merdeka tak pernah hilang
Sayang beribu kali sayang
Engkau yang dulu berjuang
Kini telah tiada
Ku harap kau bisa tenang di atas sana
Kini hanyalah doa
Yang bisa ku beri untukmu
Sekali lagi terima kasih Pahlawanku
JIKA AKU MAMPU
by:mega serlinasari

Jika aku mampu,
ingin ku ukir wajahnya di genangan air
agar mudah terlupa olehku

Jika aku mampu
ingin aku tulis namanya d tepi pantai
agar ombak dan angin menghapus semuanya

Jika aku mampu,
ingin aku tuangkan smua tentangnya di lembar putih
agar api dapat membakar hangus semua itu

Ya Allah hapus saja semua rasa sayang ini
jika tak Kau izinkan aku bersamanya
namun aku tetap bersyukur pernah memiliki rasa ini
karena qku bisa belajar tentang semua yang telah terjadi melalui kisah ini.
semua yang telah terjadi di masa laluku

Meskipun tak semua indah,
karna aku percaya semua ini adalah bagian dari rencana-Mu Ya Rabb
dan aku yakin Kau kan brikan yang terbaik dan terindah untukku